Friday, November 20, 2015

Pandangan Budaya Barat dan Budaya Timur terhadap Wanita


Angin Barat, Angin Timur karangan oleh Pearl. S. Buck menceritakan perbandingan  antara kebudayaan Negara Timur dengan Negara Barat yang memiliki pandangan berbeda terhadap martabat wanita pada kehidupan zaman itu. 

Angin Timur, Angin Barat

Negara Timur memperlakukan wanita tidak setara dengan laki-laki. Kebudayaan nenek moyang mereka mengajarkan banyak hal tentang adat istiadat yang harus dipatuhi. Kaum wanita tumbuh dengan kepercayaan yang didasarkan pada tradisi leluhurnya yang tertanam kuat dalam kehidupannya sehari-hari. Mereka tidak pernah berpikiran untuk modern ataupun mengubah dirinya. 


“Tidak satupun dari antara mereka yang berpikiran modern ataupun berkeinginan mengubah dirinya.”  (Halaman 9)

Sejak lahir mereka dididik dengan berbagai cara agar menjadi wanita yang terhormat bahkan sebelum lahir mereka juga sudah dijodohkan dengan pria yang memiliki kesetaraan sosial dan ekonomi yang sederajat. 


Seperti perkataan Kwei-lan “Dengan siapa aku bisa menikah selain seperti yang diatur orang tuaku? Dengan siapa aku bisa menikah kalau bukan dengan pria yang telah dipertunangkan denganku sepanjang hidupku?” (Halaman 36)

Sekitar usia 5 tahun, kaum wanita sudah ditanamkan oleh keluarganya tentang pandangan dan kepercayaan mereka tentang kecantikan. Definisi kecantikan biasanya dilihat dari wajah yang rupawan dan tubuh yang indah. Tetapi berbeda dengan masyarakat China zaman dinasti, pandangan mereka tentang kecantikan adalah mempunyai kaki yang yang kecil, mereka meyakini bahwa semakin kecil kaki wanita maka mereka akan semakin cantik. Awal mula pemikiran ini disebabkan oleh kaisar yang saat itu menonton para penari. Kaki mungil penari-penari tersebut menarik perhatian kaisar, sehingga seluruh masyarakat pada zaman itu berlomba-lomba untuk bisa menjadi definisi ‘cantik’ dari sudut pandang kaisar. Bentuk kaki yang kecil ini dibentuk agar bisa mencapai bentuk sempurna menyerupai Teratai Emas ukuran 3-4 inchi. Untuk mencapai bentuk kaki yang kecil mereka menggunakan teknik foot binding. 

Foot Binding adalah cara wanita negara Timur untuk mempertahankan bentuk kaki agar tetap kecil dengan menggunakan tali dan perban untuk mengikat kaki mereka. 

Wanita China yang diikat kakinya
Tradisi foot binding ini tentu saja tidak diperoleh dengan mudah. Bantuk kaki yang sempurna dengan ukuran ideal tersebut harus dilalui dengan penderitaan panjang yang dialami oleh para kaum wanita. 
 
Sejak balita, anak perempuan dipaksa melakukan tradisi foot binding dengan menerima rasa sakit yang luar biasa.


“Sepanjang masa kecilku ibuku sendiri-lah yang mengawasi ketika kakiku direndam air panas dan dibalut dengan perban tiap hari semakin ketat.” (halaman 52)

Banyak di antara anak perempuan yang terpaksa merangkak bahkan tidak mampu berjalan selama beberapa waktu karena menahan rasa sakit yang amat pedih di kakinya. Walaupun seiring bertambahnya usia rasa sakit itu akan mulai hilang dan tak dirasakan lagi karena sudah mulai terbiasa.


Teknik foot binding ini awalnya hanya dapat dilakukan oleh wanita keturunan bangsawan yang memiliki status sosial tinggi di masyarakat. Tetapi, seiring berjalannya waktu, akhirnya seluruh wanita di China diminta untuk mengikat kaki mereka, tidak hanya untuk keturunan bangsawan saja melainkan rakyat dengan status sosial rendah pun dapat memperoleh kaki yang kecil. Mereka biasanya menggunakan sepatu yang didesain memiliki hak tinggi di bagian alasnya yang terbuat dari kayu. 

Dampak Negatif Foot Binding

Namun tradisi mengikat kaki ini memiliki dampak negatif bagi para kaum wanita. Sebagian besar kaum wanita yang melakukan foot binding tidak dapat bergerak bebas seperti wanita-wanita yang kakinya tidak diikat. Mereka tidak dapat beraktivitas dengan bebas, berjalan dengan cepat, bahkan berlari pun mustahil bagi mereka. Kegiatan sehari-hari mereka akan mengalami kesulitan dan biasanya kaum wanita membutuhkan bantuan dari para pelayan. 

Selain hal kecantikan, dalam hal bermasyarakat kaum wanita tidak dapat turut serta dalam kegiatan politik maupun sosial. Mereka hanya dapat berdiam diri di dalam rumah dengan segala kekuasaan tertinggi berada di tangan suami mereka.


“Di hadapan lelaki, seorang perempuan harus tetap berdiam diri bagaikan bunga dan mungundurkan diri secepat mungkin tanpa bertanya-tanya.” (halaman 10)



“Aku setara dengannya? Tapi mengapa? Bukankah aku istrinya? Kalau bukan dia yang menyuruhku melakukan sesuatu, lalu siapa yang harus melakukannya? Bukankah secara hukum dialah Tuanku?”(Halaman 36)
terkejutnya Kwei-Lan membuktikan adat istiadat Negara Timur sangat membedakan wanita dengan laki-laki.


Pearl menggambarkan wanita Negara Barat sebagai orang asing di mata tokoh utama. Sikap, tutur kata, dan budaya wanitanya sangat berbeda dengan Negara Timur. Mary, wanita yang dinikahi kakak Kwei-Lan adalah orang Amerika asli yang memiliki kecantikan atau inner-beauty tersendiri. Caranya untuk bisa bebas mengekspreksikan dirinya di depan orang-orang, tidak malu untuk mengenakan pakaian yang memperlihatkan kulit tubuhnya, mau menghargai budaya lain, dan berani angkat suara untuk haknya sendiri telah mengubah pandangan Kwei-Lan terhadap Mary.


Sejak dulu, budaya Barat memperlakukan tiap individu, mau laki-laki ataupun wanita dengan setara tanpa memandang gender. Hal ini menyebabkan derajat atau martabat kaum wanita bukan lagi untuk diperjuangkan dan direndahkan, namun dipertahankan dari wanita itu sendiri. Bila dibandingkan terhadap budaya timur, laki-laki Negara Barat memperlakukan perempuan dengan hormat dengan cara tidak memiliki lebih dari satu istri. 


Kecantikan wanita negara Barat bisa dikatakan tidak dibuat-buat dan juga tidak harus menyakiti diri sendiri untuk menjadi cantik. Seperti yang dikatakan suami Kwei-Lan 


“Mereka sama sekali tidak menampilkan sikap malu-malu tapi palsu seperti kaum perempuan kita. Mereka bebas, sebebas matahari dan angin.” (Halaman 133)

Wanita Barat

Teknik foot binding bagi negara Barat dianggap kebiasaan yang buruk bagi kesehatan dan tidak mencerminkan kecantikan pada seorang wanita. Suami Kwei-lan pun pernah berkata pada Kwei-lan “Karena itu aku ingin melepaskan ikatannya karena tidak tampak cantik. Lagi pula, kebiasaan mengikat kaki sudah bukan mode lagi.” (halaman 50)


Kewajiban dan hak wanita sesungguhnya bukan hanya menikah lalu melahirkan anak laki-laki sebagai penerus keluarga, tetapi meraih pendidikan yang tinggi dan memilih jalan hidup sendiri tanpa campur tangan orangtuanya adalah kewajiban dan hak yang layak bagi seorang wanita. 

Kutipan tentang Edukasi terhadap Wanita


Sungguh tragis bila dibandingkan dengan budaya Timur yang orangtuanya masih mentitikberatkan kasih sayangnya hanya kepada anak laki-laki, memilih jalan hidup untuk anaknya, menyiapkan pasangan hidup yang belum pernah dikenal sama sekali hanya untuk status sosial semata, dan merasa malu ketika melawan adat istiadat nenek moyangnya bukan karena memilih yang memang benar sesuai dengan hal kemanusiaan.


“Dia baru saja menggantung diri saat mereka menemukannya-baru saja! Aku langsung mempersiapkan pertolongan. Tapi kemudian masuklah pamannya yang sudah tua, seorang saudagar anggur. ... Memanggil para biksu supaya mereka memukul-mukul gong untuk memanggil kembali arwah perempuan itu. Mereka sengaja menyumpal hidung dan mulutnya dengan kapas lalu membalut wajahnya dengan kain!” (Halaman 69) cerita suami Kwei-Lan tentang adat istiadat lebih dipercaya daripada hati nurani sendiri kepada hal kemanusiaan.


Pearl mengajarkan kepada kita bahwa kecantikan bukan hanya datang dari penampilan fisik saja. Kecantikan dapat datang dari dalam diri kita, bisa dari potensi yang kita miliki, percaya diri, tidak takut untuk berbicara, tidak takut untuk mengambil keputusan yang berisiko, mengikuti apa yang memang benar, tingkat intelektual kita dan sikap kita terhadap orang lain.



Kutipan Definisi Kecantikan


Dengan membaca novel Angin Timur Angin Barat, bangsa Indonesia dapat memperoleh banyak manfaat. Pertama-tama, bangsa Indonesia mampu menambah wawasan pengetahuannya akan budaya di negara Timur dan negara Barat. Bangsa Indonesia dapat melihat perbedaan konflik yang terjadi antara dua kebudayaan yang berbeda. Bisa dilihat dari perbedaan yang paling sederhana yaitu martabat laki-laki dan perempuan di kedua budaya tersebut yang berkebalikan satu dengan yang lainnya, serta cara hidup yang dilakukan pada kedua budaya tersebut pun berbeda satu sama lain. 


Perbedaan generasi yang digambarkan sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat Barat dan Timur. Masyarakat sekarang dengan variasi generasi dapat merasakan pengaruh budaya Barat yang mulai muncul di China. Generasi di China pada zaman itu berusaha untuk mempertahankan tradisi turun-temurun yang selalu dijunjung tinggi oleh mereka. 
Mereka merasa tradisi yang dipercayai adalah tradisi yang paling benar dan yakin bahwa tradisi harus dipatuhi sehingga bagi yang melanggar akan membuat para dewa menjadi marah. 
Sedangkan pada generasi di Barat, mereka lebih memberikan kebebasan pada setiap orang. Mereka sudah tidak percaya lagi akan takhayul-takhayul pada zaman dahulu. Pola hidup pun lebih ke era modern. 



Manfaat kedua dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah bangsa Indonesia bisa mengambil contoh-contoh baik yang terdapat dalam kedua kebudayaan yang ada, serta dapat menghilangkan tradisi-tradisi yang tidak terlalu bagus seperti perbedaan martabat wanita dan lelaki yang haru diakui masih juga terdapat di dalam bangsa Indonesia walaupun Emansipasi Wanita telah dilakukan oleh Kartini. Hal ini sungguh miris karena pada dasarnya lelaki dan wanita diciptakan untuk saling melengkapi tetapi malah wanita hanya dijadikan seperti bawahan atau pesuruh. 



Manfaat ketiga dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah menyadarkan kita bahwa sekarang ini pun kita masih terjebak dalam tradisi wanita cina kuno yang menyakiti diri mereka sendiri demi mencapai sebuah kecantikan yang menjadi tren di masanya, tetapi kita terjebak dengan teknik yang berbeda yaitu High Heels, mau tidak mau sadar tidak sadar kita juga sebenarnya menyakiti diri kita juga dengan penggunaan heels yang sebenarnya mempunyai efek negative bagi tubuh kita dan menyakiti tubuh kita, tetapi kita tetap menggunakan Heels karena ingin tampil cantik dan juga sudah menjadi tren pada masa sekarang. 

Dampak Negatif High Heels
 
Manfaat keempat dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah kita disadarkan bahwa di antara manusia masih ada pilih kasih. Padahal Tuhan sudah mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi Dia. Namun buktinya kita saja tidak bisa mengasihi orang lain, bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan.

Manfaat kelima dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah bangsa Indonesia belajar dari cerita yang ada di novel Angin Timur Angin Barat ini bahwa berbagai pertentangan akan selalu ada sampai kapan pun. 

Namun, dengan adanya pertentangan, bangsa Indonesia harus bisa menyatukan pertentangan itu sehingga menghasilkan suatu perubahan baru. Seperti pada akhir cerita di novel ini terjadi percampuran kedua budaya Timur dan Barat yang menghasilkan suatu perubahan baru di dunia. 

“Pikirkan tentang satu hal ini saja-dengan sukacita persatuan seperti apa dia telah datang ke dunia! Dia telah memperstukan dua hati orangtuanya. Kedua hati itu, dengan segala perbedaan dalam kebangsaan maupun latar belakang-perbedaan yang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu! Benar-benar persatuan yang luar biasa." (Halaman 238)

Kita sebagai masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran, bahwa setiap pertentangan belum tentu menghasilkan perpecahan satu dengan yang lainnya. Namun suatu pertentangan harus diakhiri dengan persatuan sehingga menjadikan pribadi bangsa Indonesia yang dewasa dan kuat.

Salah Satu Perbedaan di Indonesia
Kita juga sebagai masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, budaya, ras, bahasa dan agama harus saling menghargai perbedaan yang ada karena dari adanya perbedaan itu kita dapat mengetahui indahnya suatu persatuan yang dapat diciptakan jika kita memiliki rasa toleransi dan saling menghargai satu dengan yang lain. Karena pada dasarnya perbedaan itu indah dan setiap perbedaan yang ada bisa menjadi pengetahuan bagi kita seperti halnya Kwei-lan yang belajar banyak pengetahuan dari suaminya yang terlebih dahulu sudah bisa menghargai dan mengetahui kebudayaan Barat.

No comments:

Post a Comment