Angin Barat, Angin Timur karangan oleh Pearl. S. Buck
menceritakan perbandingan antara kebudayaan
Negara Timur dengan Negara Barat yang memiliki pandangan berbeda terhadap
martabat wanita pada kehidupan zaman itu.
![]() |
Angin Timur, Angin Barat |
Negara Timur memperlakukan wanita tidak setara dengan
laki-laki. Kebudayaan nenek moyang mereka mengajarkan banyak hal tentang adat
istiadat yang harus dipatuhi. Kaum wanita tumbuh dengan kepercayaan yang
didasarkan pada tradisi leluhurnya yang tertanam kuat dalam kehidupannya
sehari-hari. Mereka tidak pernah berpikiran untuk modern ataupun mengubah
dirinya.
“Tidak satupun dari antara mereka yang berpikiran modern
ataupun berkeinginan mengubah dirinya.” (Halaman 9)
Sejak lahir mereka dididik dengan
berbagai cara agar menjadi wanita yang terhormat bahkan sebelum lahir mereka
juga sudah dijodohkan dengan pria yang memiliki kesetaraan sosial dan ekonomi
yang sederajat.
Seperti perkataan Kwei-lan “Dengan siapa aku bisa menikah selain seperti yang diatur orang tuaku? Dengan siapa aku bisa menikah kalau bukan dengan pria yang telah dipertunangkan denganku sepanjang hidupku?” (Halaman 36)
Sekitar usia 5 tahun, kaum wanita sudah ditanamkan
oleh keluarganya tentang pandangan dan kepercayaan mereka tentang kecantikan. Definisi
kecantikan biasanya dilihat dari wajah yang rupawan dan tubuh yang indah. Tetapi
berbeda dengan masyarakat China zaman dinasti, pandangan mereka tentang
kecantikan adalah mempunyai kaki yang yang kecil, mereka meyakini bahwa semakin
kecil kaki wanita maka mereka akan semakin cantik. Awal mula pemikiran ini
disebabkan oleh kaisar yang saat itu menonton para penari. Kaki mungil
penari-penari tersebut menarik perhatian kaisar, sehingga seluruh masyarakat
pada zaman itu berlomba-lomba untuk bisa menjadi definisi ‘cantik’ dari sudut
pandang kaisar. Bentuk kaki yang kecil ini dibentuk agar bisa mencapai bentuk
sempurna menyerupai Teratai Emas ukuran 3-4 inchi. Untuk mencapai bentuk kaki
yang kecil mereka menggunakan teknik foot binding.
Foot Binding adalah cara wanita negara Timur untuk mempertahankan
bentuk kaki agar tetap kecil dengan menggunakan tali dan perban untuk mengikat
kaki mereka.
Wanita China yang diikat kakinya |
Sejak balita, anak perempuan dipaksa melakukan tradisi foot
binding dengan menerima rasa sakit yang luar biasa.
Banyak di antara anak perempuan yang terpaksa merangkak bahkan tidak mampu berjalan selama beberapa waktu karena menahan rasa sakit yang amat pedih di kakinya. Walaupun seiring bertambahnya usia rasa sakit itu akan mulai hilang dan tak dirasakan lagi karena sudah mulai terbiasa.
“Sepanjang masa kecilku ibuku sendiri-lah yang mengawasi ketika kakiku direndam air panas dan dibalut dengan perban tiap hari semakin ketat.” (halaman 52)
Banyak di antara anak perempuan yang terpaksa merangkak bahkan tidak mampu berjalan selama beberapa waktu karena menahan rasa sakit yang amat pedih di kakinya. Walaupun seiring bertambahnya usia rasa sakit itu akan mulai hilang dan tak dirasakan lagi karena sudah mulai terbiasa.
Teknik foot binding ini awalnya hanya dapat dilakukan oleh
wanita keturunan bangsawan yang memiliki status sosial tinggi di masyarakat. Tetapi,
seiring berjalannya waktu, akhirnya seluruh wanita di China diminta untuk
mengikat kaki mereka, tidak hanya untuk keturunan bangsawan saja melainkan
rakyat dengan status sosial rendah pun dapat memperoleh kaki yang kecil. Mereka
biasanya menggunakan sepatu yang didesain memiliki hak tinggi di bagian alasnya
yang terbuat dari kayu.
![]() |
Dampak Negatif Foot Binding |
Namun tradisi mengikat kaki ini memiliki dampak negatif bagi para kaum wanita. Sebagian besar kaum wanita yang melakukan foot binding tidak dapat bergerak bebas seperti wanita-wanita yang kakinya tidak diikat. Mereka tidak dapat beraktivitas dengan bebas, berjalan dengan cepat, bahkan berlari pun mustahil bagi mereka. Kegiatan sehari-hari mereka akan mengalami kesulitan dan biasanya kaum wanita membutuhkan bantuan dari para pelayan.
Selain hal kecantikan, dalam hal bermasyarakat kaum wanita tidak dapat turut serta dalam kegiatan politik maupun sosial. Mereka hanya dapat berdiam diri di dalam rumah dengan segala kekuasaan tertinggi berada di tangan suami mereka.
“Di hadapan lelaki, seorang perempuan harus tetap berdiam diri bagaikan bunga dan mungundurkan diri secepat mungkin tanpa bertanya-tanya.” (halaman 10)
“Aku setara dengannya? Tapi mengapa? Bukankah aku istrinya? Kalau bukan dia yang menyuruhku melakukan sesuatu, lalu siapa yang harus melakukannya? Bukankah secara hukum dialah Tuanku?”(Halaman 36)
terkejutnya Kwei-Lan
membuktikan adat istiadat Negara Timur sangat membedakan wanita dengan
laki-laki.
Pearl menggambarkan wanita Negara Barat sebagai orang asing
di mata tokoh utama. Sikap, tutur kata, dan budaya wanitanya sangat berbeda dengan
Negara Timur. Mary, wanita yang dinikahi kakak Kwei-Lan adalah orang Amerika
asli yang memiliki kecantikan atau inner-beauty
tersendiri. Caranya untuk bisa bebas mengekspreksikan dirinya di depan orang-orang, tidak malu untuk mengenakan pakaian yang memperlihatkan kulit tubuhnya, mau menghargai budaya lain, dan berani angkat suara untuk haknya sendiri telah mengubah pandangan Kwei-Lan terhadap Mary.
Sejak dulu, budaya Barat memperlakukan tiap individu, mau
laki-laki ataupun wanita dengan setara tanpa memandang gender. Hal ini
menyebabkan derajat atau martabat kaum wanita bukan lagi untuk diperjuangkan
dan direndahkan, namun dipertahankan dari wanita itu sendiri. Bila dibandingkan
terhadap budaya timur, laki-laki Negara Barat memperlakukan perempuan dengan
hormat dengan cara tidak memiliki lebih dari satu istri.
Kecantikan wanita negara Barat bisa dikatakan tidak
dibuat-buat dan juga tidak harus menyakiti diri sendiri untuk menjadi cantik. Seperti yang dikatakan suami Kwei-Lan
“Mereka sama sekali tidak menampilkan sikap malu-malu tapi palsu seperti kaum perempuan kita. Mereka bebas, sebebas matahari dan angin.” (Halaman 133)
Teknik foot binding bagi negara Barat dianggap kebiasaan yang buruk bagi kesehatan dan tidak mencerminkan kecantikan pada seorang wanita. Suami Kwei-lan pun pernah berkata pada Kwei-lan “Karena itu aku ingin melepaskan ikatannya karena tidak tampak cantik. Lagi pula, kebiasaan mengikat kaki sudah bukan mode lagi.” (halaman 50)
Kewajiban dan hak wanita sesungguhnya bukan hanya menikah lalu melahirkan anak laki-laki sebagai penerus keluarga, tetapi meraih pendidikan yang tinggi dan memilih jalan hidup sendiri tanpa campur tangan orangtuanya adalah kewajiban dan hak yang layak bagi seorang wanita.
![]() |
Kutipan tentang Edukasi terhadap Wanita |
Sungguh tragis bila dibandingkan dengan budaya Timur yang orangtuanya masih mentitikberatkan kasih sayangnya hanya kepada anak laki-laki, memilih jalan hidup untuk anaknya, menyiapkan pasangan hidup yang belum pernah dikenal sama sekali hanya untuk status sosial semata, dan merasa malu ketika melawan adat istiadat nenek moyangnya bukan karena memilih yang memang benar sesuai dengan hal kemanusiaan.
“Dia baru saja menggantung diri saat mereka menemukannya-baru saja! Aku langsung mempersiapkan pertolongan. Tapi kemudian masuklah pamannya yang sudah tua, seorang saudagar anggur. ... Memanggil para biksu supaya mereka memukul-mukul gong untuk memanggil kembali arwah perempuan itu. Mereka sengaja menyumpal hidung dan mulutnya dengan kapas lalu membalut wajahnya dengan kain!” (Halaman 69) cerita suami Kwei-Lan tentang adat istiadat lebih dipercaya daripada hati
nurani sendiri kepada hal kemanusiaan.
Pearl mengajarkan kepada kita bahwa kecantikan bukan hanya
datang dari penampilan fisik saja. Kecantikan dapat datang dari dalam diri
kita, bisa dari potensi yang kita miliki, percaya diri, tidak takut untuk
berbicara, tidak takut untuk mengambil keputusan yang berisiko, mengikuti apa
yang memang benar, tingkat intelektual kita dan sikap kita terhadap orang lain.
![]() |
Kutipan Definisi Kecantikan |
Dengan membaca novel Angin Timur Angin Barat, bangsa
Indonesia dapat memperoleh banyak manfaat. Pertama-tama, bangsa Indonesia mampu
menambah wawasan pengetahuannya akan budaya di negara Timur dan negara Barat. Bangsa
Indonesia dapat melihat perbedaan konflik yang terjadi antara dua kebudayaan
yang berbeda. Bisa dilihat dari perbedaan yang paling sederhana yaitu martabat
laki-laki dan perempuan di kedua budaya tersebut yang berkebalikan satu dengan
yang lainnya, serta cara hidup yang dilakukan pada kedua budaya tersebut pun
berbeda satu sama lain.
Perbedaan generasi yang digambarkan sangat berpengaruh pada
pola pikir masyarakat Barat dan Timur. Masyarakat sekarang dengan variasi generasi dapat merasakan
pengaruh budaya Barat yang mulai muncul di China. Generasi di China pada zaman
itu berusaha untuk mempertahankan tradisi turun-temurun yang selalu dijunjung
tinggi oleh mereka.
Mereka merasa tradisi yang dipercayai adalah tradisi yang
paling benar dan yakin bahwa tradisi harus dipatuhi sehingga bagi yang
melanggar akan membuat para dewa menjadi marah.
Sedangkan pada generasi di Barat, mereka lebih memberikan
kebebasan pada setiap orang. Mereka sudah tidak percaya lagi akan
takhayul-takhayul pada zaman dahulu. Pola hidup pun lebih ke era modern.
Manfaat kedua dari membaca novel Angin Timur Angin Barat
adalah bangsa Indonesia bisa mengambil contoh-contoh baik yang terdapat dalam
kedua kebudayaan yang ada, serta dapat menghilangkan tradisi-tradisi yang tidak
terlalu bagus seperti perbedaan martabat wanita dan lelaki yang haru diakui masih
juga terdapat di dalam bangsa Indonesia walaupun Emansipasi Wanita telah
dilakukan oleh Kartini. Hal ini sungguh miris karena pada dasarnya lelaki dan
wanita diciptakan untuk saling melengkapi tetapi malah wanita hanya dijadikan
seperti bawahan atau pesuruh.
Manfaat ketiga dari membaca novel Angin Timur Angin Barat
adalah menyadarkan kita bahwa sekarang ini pun kita masih terjebak dalam tradisi
wanita cina kuno yang menyakiti diri mereka sendiri demi mencapai sebuah
kecantikan yang menjadi tren di masanya, tetapi kita terjebak dengan teknik
yang berbeda yaitu High Heels, mau tidak mau sadar tidak sadar kita juga
sebenarnya menyakiti diri kita juga dengan penggunaan heels yang sebenarnya mempunyai
efek negative bagi tubuh kita dan menyakiti tubuh kita, tetapi kita tetap
menggunakan Heels karena ingin tampil cantik dan juga sudah menjadi tren pada
masa sekarang.
Manfaat keempat dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah kita disadarkan bahwa di antara manusia masih ada pilih kasih. Padahal Tuhan sudah mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi Dia. Namun buktinya kita saja tidak bisa mengasihi orang lain, bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan.
Manfaat kelima dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah bangsa Indonesia belajar dari cerita yang ada di novel Angin Timur Angin Barat ini bahwa berbagai pertentangan akan selalu ada sampai kapan pun.
![]() |
Dampak Negatif High Heels |
Manfaat keempat dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah kita disadarkan bahwa di antara manusia masih ada pilih kasih. Padahal Tuhan sudah mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama seperti kita mengasihi Dia. Namun buktinya kita saja tidak bisa mengasihi orang lain, bagaimana kita bisa mengasihi Tuhan.
Manfaat kelima dari membaca novel Angin Timur Angin Barat adalah bangsa Indonesia belajar dari cerita yang ada di novel Angin Timur Angin Barat ini bahwa berbagai pertentangan akan selalu ada sampai kapan pun.
Namun, dengan adanya pertentangan, bangsa Indonesia harus
bisa menyatukan pertentangan itu sehingga menghasilkan suatu perubahan baru.
Seperti pada akhir cerita di novel ini terjadi percampuran kedua budaya Timur
dan Barat yang menghasilkan suatu perubahan baru di dunia.
“Pikirkan tentang
satu hal ini saja-dengan sukacita persatuan seperti apa dia telah datang ke
dunia! Dia telah memperstukan dua hati orangtuanya. Kedua hati itu, dengan
segala perbedaan dalam kebangsaan maupun latar belakang-perbedaan yang sudah
ada sejak berabad-abad yang lalu! Benar-benar persatuan yang luar biasa."
(Halaman 238)
Kita sebagai masyarakat Indonesia harus memiliki kesadaran,
bahwa setiap pertentangan belum tentu menghasilkan perpecahan satu dengan yang
lainnya. Namun suatu pertentangan harus diakhiri dengan persatuan sehingga
menjadikan pribadi bangsa Indonesia yang dewasa dan kuat.
![]() |
Salah Satu Perbedaan di Indonesia |